Cara Menanggapi Virus Corona Covid 19 Dalam Islam
BIJAKLAH DALAM MENANGGAPI "Bismillah wal hamdulillah, kita awali dengan nama Allah. Allah yang
maha segala-NYA. Allah yang memberi cobaan, Allah pula yang mengobati. Selama
ini kita dikekang oleh sebuah makhluk yang Allah ciptakan dan Allah pula yang
mentakdirkan hingga sampailah pada lingkungan kita. Makhluk itu bernama Corona
Virus 19 (Covid 19) yang saat ini sedang hangat di perbincangkan dii seluruh
dunia.
Selayaknya biasa, dihari jum’at kita selaku mu’min wajib
melaksanakan shalat jum’at secara berjamaah di masjid. Kali ini setelah
beberapa minggu lalu sering shalat di mesjid lain, saya mencoba shalat di masjid
Al-Munawwarah. Dalam hal ini, yang bertindak sebagai khatib adalah Tgk Azmi. MA
Cot Lipah Aceh. Setelah muqaddimah usai, beliau memasuki bagian penting, yaitu
isi khutbah yang menjadi obat bagi penyakit yang sedang kita rasakan saat ini.
Tgk khatib memulai, kita ummat Islam wajib meyakini bahwa
penyakit/bala itu adalah taqdir Allah. Allah yang memberi kepada kita, Allah
pula yang mengambilnya kembali. Sekalipun yang kita ketahui menurut berita,
virus itu muncul di kota Wuhan yaitu salah satu kota di China, namun bagi kita
muslim tetap wajib meyakini bahwa semua itu pemberian Allah kepada kita sebagai
Hamba-Nya. Kendati demikian lanjutnya, semua kerusakan yang ada dibumi adalah
efek dari ulah tangan manusia sendiri. Sebagaimana tersebut dalam QS. Ar-ruum
ayat 41, yang bunyinya:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ
لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang
benar). (QS. Ar-ruum; 41).
Jadi, musibah yang sedang kita rasakan saat ini merupakan akibat
dari ulah tangan manusia itu sendiri. Perbuatan tangan manusia ini ditafsirkan
dengan perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Maksiat bermakna umum
seperti korupsi, meninggalkan shalat, melakukan zina baik secara dhahir; muda
mudi yang dengan mudahnya berduaan di tempat terbuka dan remang-remang, maupun
secara bathin; iri, dengki, hasud, tidak amanah, pelit dan lainnya. Kesemuanya
merupakan sebab yang menimbulkan akibat. Sebab zina maka akibatnya Allah
turunkan bala. Sebab korupsi maka Allah turunkan musibah. Dan semua akibat ini
menjadi nilai tolak ukur bagi manusia itu sendiri.
Lanjutnya, Allah menurunkan musibah/bala dengan memiliki tiga
tujuan, yaitu lit takdib, lit tahzib dan lit taqrib.
1. Lit takdib (untuk
menjadi pelajaran), bagi muslim yang beribadat juga tidak luput dari ma’siat.
Agar mereka kembali kejalan yang Allah ridhai melalui perbuatan ta’at yang
continue. Terus menerus tanpa beralih pada perbuatan non ta’at.
2. Lit tahzib (untuk meng’azab), ini khusus kepada mereka yang ingkar alias non muslim, agar mereka kembali kejalan yang benar. Bahwa satu-satunya agama yang sebenarnya disisi Allah adalah agama Islam.
3. Lit taqrib (untuk mendekatkan diri kepada Allah), hal ini khusus kepada para Nabi dan Rasul. Dengan cobaan/bala mereka dengan sendirinya mengoreksi diri kemudian lantas lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
2. Lit tahzib (untuk meng’azab), ini khusus kepada mereka yang ingkar alias non muslim, agar mereka kembali kejalan yang benar. Bahwa satu-satunya agama yang sebenarnya disisi Allah adalah agama Islam.
3. Lit taqrib (untuk mendekatkan diri kepada Allah), hal ini khusus kepada para Nabi dan Rasul. Dengan cobaan/bala mereka dengan sendirinya mengoreksi diri kemudian lantas lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Kemudian bagaimana cara kita aliran Ahlussunnah wal jama’ah
menanggapi cobaan ini, khatib melanjutkan. Kita Ahlussunah wal jama’ah memiliki
cara tersendiri dalam menanggapi masalah ini. Berbeda dengan kaum Qadariah,
juga berbeda dengan kaum Jabariah. Qadariah berpendapat, semua perbuatan
manusia itu tidak terintervensi dengan Allah. Mereka memiliki kekuatan dan
kekuasaan untuk melindungi diri dari berbagai macam cobaan. Cukup membeli alat
canggih maka mereka sudah aman. Ini paham mereka Qadariah.
Lain halnya dengan Jabariyah, aliran ini berpendapat bahwa seluruh
perbuatan manusia itu pada taqdir Allah. Maka seandainya kita dekat dengan virus,
jika Allah menghendaki maka kita jadi korban. Namun jika Allah tidak menghendaki
kita aman-aman saja. Berarti semua urusan itu pada taqdir Allah.
Namun beda halnya dengan aliran Ahlussunnah wal jama’ah. Kita
berada diantara keduanya, yang berpaham bahwa memang Allah yang mentaqdirkan
semua. Tetapi kita memiliki dua cara untuk melepas diri yaitu Ikhtiar dan
Tawakkal. Ikhtiar memiliki makna, kita wajib berusaha untuk menjauhi dari
keramaian atau lockdown. Kemudian masuk pada tahap tawakkal, berserah diri pada
Allah yang maha kuasa. Yang mesti kita ketahui, mengisolasikan diri tidak
mewajibkan kita aman dari penyebaran Covid-19, karena bisa saja Allah
menghantarkan langsung virus tersebut ketempat kita.
Ikhtiar dan tawakkal harus berjalan bareng. Tidak boleh luput salah
satu dari keduanya. Mengenai berpegang pada tawakkal saja ada sebuah cerita.
Suatu hari sahabat Nabi pergi ke mesjid untuk melaksanakan shalat secara
berjamaah dengan menggunakan Unta. Sampai di masjid sahabat tersebut membiarkan
untanya diluar tanpa mengikat sama sekali dengan langsung masuk masjid. Melihat
kejadian ini Rasulullah Saw mendekati seraya berkata, mengapa anda tidak
mengikat Unta, tidakkah kamu takut jika unta melarikan diri atau dicuri begitu
saja?
Virus Corona Dalam Al-Qur'an - COVID 19
Sahabat menjawab, tidak wahai Rasulullah karena saya sudah serah
semua pada Allah. Jika Allah taqdirkan berarti Unta itu hilang, namun jika
Allah tidak taqdirkan maka ia tidak akan hilang.
Nabi menjawab, bukan begini cara kita bertawakkal. Tawakkal itu ketika kita sudah berusaha untuk menjaganya. Tawakkal sesudah ikhtiar itu baru ada manfaatnya. Beranjak dari demikian, maka sahabat kembali kepersinggahan Unta untuk berikhtiar dengan cara mengikatnya.
Nabi menjawab, bukan begini cara kita bertawakkal. Tawakkal itu ketika kita sudah berusaha untuk menjaganya. Tawakkal sesudah ikhtiar itu baru ada manfaatnya. Beranjak dari demikian, maka sahabat kembali kepersinggahan Unta untuk berikhtiar dengan cara mengikatnya.
Maka dari hal ini tidak salahnya pemerintah mengeluarkan perintah
untuk seluruh masyarakat agar berdiam diri atau lockdown selama Covid-19 masih
gentayangan. Lockdown adalah usaha yang kita lakukan dengan tujuan Allah
menjauhi penyebaran virus ini. Setelahnya baru kita tawakkal kepada Allah, agar
kita dibebaskan dari cobaan yang dahsyat ini. “Kata Tgk khatib seraya
mengakhiri khutbahnya”.
* ‘Ala kulli hal.
Penulis hanya menulis kembali apa yang telah khatib sampaikan. Bilamana
terdapat kekeliruan, maka hanyalah kesalahan penulis semata. Lebih kurangnya
begini. Akhirul kata, dengan kehadiran Covid-19 senantiasa membuat kita tetap
dekat bahkan semakin dekat dengan Allah Swt. والله
المستعان Allahlah sebaik-baik yang memberi pertolongan,
semoga kita termasuk dalam orang yang Allah tolongkan. Aamiin.
Semoga bermanfaat
Semoga bermanfaat
Sumber Penyampaian Khatib:
Tgk Azmi MA Cot Lipah
Penulis: Tgk. Afdhalurrizal, Mahasiswa STIS Ummul Ayman
Tempat: Mesjid Al-Munawwarah, Meurah Dua, Pidie Jaya
Penulis: Tgk. Afdhalurrizal, Mahasiswa STIS Ummul Ayman
Tempat: Mesjid Al-Munawwarah, Meurah Dua, Pidie Jaya
Post a Comment for "Cara Menanggapi Virus Corona Covid 19 Dalam Islam"