Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting ADS Search Google

Cerita Sayyidina 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani dari Pengembala menjadi Asisten Pribadi Rasulullah SAW

'Uqbah bin 'Amir al-Juhani
Makam 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani

'Uqbah bin ‘Amir dikenal dengan panggilan Radiif Rasulullah (Orang yang dibonceng Rasulullah SAW)

Dari 'Uqbah bin 'Amir tentang perjumpaannya dengan Rasulullah SAW:

Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika aku sedang menggembala kambing, ketika berita kedatangannya sampai kepadaku, aku langsung meninggalkan gembalaku dan bergegas untuk menemui beliau tanpa memperhatikan apa pun di sepanjang perjalanan. Setelah bertemu, aku berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau bersedia membaiatku?

Rasulullah SAW balik bertanya, Siapa engkau? 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani,' jawabku singkat.

Rasulullah 
SAW berkata lagi, 'Mana yang lebih engkau sukai: cara baiat untuk orang Badui atau baiat untuk orang yang hijrah?

Aku menjawab, Baiat untuk orang yang hijrah.

Lalu 
SAW membaiatku seperti baiat yang biasa diberikan oleh orang-orang yang hijrah.

Sehari semalam aku tinggal bersama Rasulullah SAW, lalu pulang ke kampungku untuk menggembalakan kambing.

Ada 12 orang termasuk aku, yang masuk Islam tapi tinggal jauh dari Madinah karena harus menggembala kambing di pedalaman. 

Kami membahas masalah ini, lalu ada yang berkata: 
Kita akan rugi besar jika dari hari ke hari tidak pernah menemui Rasulullah SAW untuk mengajari kita masalah-masalah agama dan membacakan wahyu yang diterima oleh beliau dari langit. Untuk itu, sepantasnya setiap hari ada seorang di antara kita yang pergi ke Madinah dan tidak perlu khawatir dengan kambingnya karena kita akan menjaga kambing-kambing itu.

Aku menimpali, Kalian saja yang pergi menemui Rasulullah SAW secara bergiliran dan biarlah aku yang menjaga kambing kalian karena aku sangat mengkhawatirkan kambingku dan tidak bisa memercayakannya kepada orang lain.

Sejak hari itu, setiap pagi ada seorang di antara kami yang menemui Rasulullah 
SAW dan meninggalkan kambingnya padaku. 

Apabila ia telah kembali, aku belajar kepadanya seluruh bacaan yang ia dengar dan pelajaran yang ia pahami. Tapi setelah merenung, aku berkata kepada diri sendiri, 'Celakalah engkau!

Apakah hanya demi kambing-kambing yang tidak banyak berguna itu, engkau rela kehilangan kesempatan bertemu dengan Rasulullah SAW dan belajar langsung darinya tanpa melalui perantara?

Setelah itu, aku langsung meninggalkan kambing-kambingku dan bergegas menuju Madinah.

Aku tinggal di dalam masjid, di samping rumah Rasulullah SAW
Tidak pernah terlintas dalam hati 'Uqbah bin 'Amir ketika mengambil keputusan yang sangat krusial itu

bahwa satu dekade berikutnya, ia menjadi salah seorang ulama besar generasi sahabat, seorang ahli Al Quran, panglima perang yang tangguh, dan gubernur muslim yang disegani.

'Uqbah bin 'Amir tidak pernah terbayang bahwa setelah meninggalkan kambing-kambingnya dan menemani Rasulullah 
SAW, ia akan berada di garis depan pasukan muslim yang menaklukkan Ummud Dunya (pusat dunia), Damaskus, dan tinggal di tengah kebun-kebunnya yang lebat dan hijau dekat pintu Tuma (salah satu pintu gerbang kota Damaskus di masa lalu).

Tidak pernah terbayang dalam benak 'Uqbah bin 'Amir bahwa suatu saat nanti dia diangkat menjadi salah seorang panglima pasukan yang akan menaklukkan kawasan zamrud dunia, yakni negeri Mesir, dan menjadi gubernurnya serta membangun rumah di kaki bukit Muqattham (adalah bukit yang terletak tidak jauh di sebelah selatan Kairo dan tidak begitu tinggi). 

Semua itu masih tersimpan di rahim Ghaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.

'Uqbah bin 'Amir al-Juhani selalu mengikuti Rasulullah 
SAW, ke mana pun beliau pergi hingga seperti bayangan yang mengikuti pemiliknya. 

Ia juga sering memegang tali keledai Rasulullah SAW dan berjalan di depannya apabila beliau bepergian. 

Uniknya, tidak jarang Rasulullah SAW menyuruhnya naik di belakang beliau, sehingga 'Uqbah dikenal dengan panggilan Radiif Rasuulillah (orang yang dibonceng Rasulullah SAW). 

Bahkan terkadang, Rasulullah SAW turun dari punggung keledai (membiarkan 'Uqbah tetap di atasnya) lalu berjalan kaki.

Dari sini kita dapat mengambil pelajaran, betapa cintanya beliau kepada rasulullah SAW dan semangat beliau belajar ilmu, sehingga rela beliau meninggalkan pekerjaan beliau dan harta paling berharga.

Tentu untuk mendapat sesuatu yang berharga butuh pengorban besar, untuk hasil yang luar biasa butuh pengorbanan yang luar biasa jua.

Menjelang wafat, beliau sempat mengumpulkan putra-putranya berwasiat:

1. Agar tidak menerima Hadits dari Rasulullah SAW, kecuali dari orang yang tsiqah (terpercaya).
2. Jangan berhutang.
3. Jangan menulis sya'ir (meskipun dia sendiri seorang penyair), karena akan kecanduan sya'ir, bisa-bisa melupakan Al-Qur'an dalam hati.

Artinya, profesi dan kebiasaan orang tua bila tidak ada kebaikan dari sisi agama tidak patut dicontohkan oleh anak-anaknya.
Mahlil Al mudassa
Mahlil Al mudassa Hamba Allah yang sering nyangkut di dunia maya via atribut fana. Email: mahlilflanstsr@gmail.com

Post a Comment for "Cerita Sayyidina 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani dari Pengembala menjadi Asisten Pribadi Rasulullah SAW"